Sekawanan cinta mengepungmu
Kau bagai sebutir jagung
Yang terlajur terlihat tekukur lapar
Lalu cinta menantang para cinta
meniru perang fenomenal Pulau Dewata,
Puputan,
Perang hingga titik darah penghabisan
Demi meraihmu
Aku menghisap lisong di balik bebatuan
Melihat satu per satu cinta gugur
Hanya tertinggal satu
Itupun dalam sakratul
Hembusan terakhir lisongku mengiring hembusan napas terakhirnya
Para cinta mati sia-sia
Aku mengubur mereka dengan adat cinta
yang bertari cemburu buta
Lalu kau bertanya
Pada siapa kau akan menyerahkan diri
Kujawab : pada perut bumi
Kuambil kau dan kutanam di pekarangan
Beberapa waktu kemudian kau tumbuh jadi sebatang pohon jagung
Berisi sejuta kau
Yang mengisi perut lapar para cinta yang sabar
(Bekasi, 15 November 2012)
Norman Adi Satria